Kemampuan penalaran

PENDEKATAN YANG DIGUNAKAN TERHADAP PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN TERHADAP SISWA SEKOLAH DASAR

Pendahuluan

Aljabar digunakan untuk memecahkan masalah sehari-hari. Dengan bahasa simbol, dari relasi-relasi yang muncul, masalah-masalah dipecahkan secara sederhana. Aljabar adalah topik inti dalam matematika dan khususnya di matematika sekolah menengah. Dalam kurikulum yang diterapkan saat ini (Kurikulum 2013) pengenalan aljabar sebagai transisi dari aritmetika di Sekolah Dasar (SD) dimulai dengan pengenalan bentuk aljabar di kelas VII dengan empat kompetensi dasar, yaitu:
  1. mampu menjelaskan bentuk aljabar dan unsur-unsurnya menggunakan masalah kontekstual; 
  2. menjelaskan dan melakukan operasi pada bentuk aljabar (penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian); 
  3. menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bentuk aljabar; 

Penalaran kuantitatif diketahui merupakan suatu penalaran yang menekankan pada penarikan kesimpulan berdasarkan data-data atau informasi kuantitatif. Dalam buku berjudul Paying Attention to Algebra Reasoning, kuantitatif berarti sesuatu yang melibatkan eksplorasi bagaimana kuantitas tertentu berhubungan atau berubah atau bertransformasi menjadi kuantitas lain.
Menurut  Kriegler yang sependapat dengan (Dzikra Fu'adiah , 2017) pendekatan yang terbaik untuk menyelesaikan masalah matematika yang kompleks adalah dengan menggunakan aljabar sebagai alat untuk membantu mengatasi kompleksitas tersebut, Ada dua pandangan dalam memperkenalkan aljabar: 
  1. program saat ini, penekanan pada ekspresi numerik dan simbolik dan manipulasinya yang pada dasarnya tidak baik; dan
  2. program yang diusulkan, menggunakan pendekatan awal yaitu penalaran kuantitatif. 

Pendekatan lain dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan berpikir aljabar siswa SMP, yaitu mengembangkan penalaran kuantitatif dalam pembelajaran matematika sejak siswa berada di jenjang pendidikan SD yang saat ini berfokus pada aritmetika (bilangan dan operasi bilangan)(Fu, 2017). Pengembangan penalaran kuantitatif dapat mendukung perkembangan berpikir aljabar siswa. Langkah selanjutnya adalah mengembangkan kegiatan pembelajaran matematika di SD yang berfokus pada mengembangkan penalaran kuantitatif siswa. 
Pada tingkat pendidikan dasar, khususnya Sekolah Dasar (SD), matematika sebagai bagian integral dari kurikulum nasional memiliki peranan yang strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini sejalan dengan tujuan umum diberikannya matematika pada jenjang sekolah dasar yaitu: 
(1) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efisien, dan efektif; 
(2) Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari ilmu pengetahuan.  Oleh karena itu upaya inovatif dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir dan daya nalar siswa sekolah dasar perlu dilakukan terus melalui berbagai cara. 
Kegiatan pembelajaran matematika di sekolah dasar pada umumnya masih dilakukan menggunakan pendekatan konvensional Menurut Priyo (Kusmanto, Si, Matematika, Syekh, & Cirebon, n.d.). Umumnya guru memulai kegiatan pembelajaran dengan menjelaskan konsep matematika, memberikan contoh soal, dan mengerjakan soal-soal. Matematika oleh kebanyakan guru disampaikan secara informatif kepada seluruh siswa melalui metode ceramah dan sedikit tanya jawab. Dalam kegiatan pembelajaran sangat jarang guru menggunakan media/alat peraga yang diperlukan untuk memperjelas atau mempercepat proses pemahaman siswa. Siswa umumnya duduk dengan baik mendengarkan penjelasan guru. Siswa jarang mengajukan pertanyaan. Kemudian mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru langsung atau soal-soal dari buku paket.
Pendekatan problem posing merupakan suatu pendekatan yang menekankan pada kegiatan pengajuan masalah yang dimulai dengan pemberian sebuah keadaan atau situasi oleh guru, siswa kemudian diminta untuk mengajukan pertanyaan berdasar  pada situasi yang diberikan dengan mengacu kepada tujuan pembelajaran sehingga pertanyaan yang muncul tidak keluar dari materi yang sedang diajarkan.
Menurut (Ennis, 1996) terdapat enam elemen dasar dalam berpikir kritis yaitu: 
  1. Focus (fokus), yaitu hal pertama yang harus dilakukan untuk mengetahui informasi. Untuk fokus terhadap permasalahan, diperlukan pengetahuan. Semakin banyak pengetahuan yang dimiliki akan semakin mudah mengenali informasi. 
  2. Reason (alasan), yaitu mencari kebenaran dari pernyataan yang akan dikemukakan. Dalam mengemukakan pernyataan harus disertai alasan-alasan yang mendukung pernyataan tersebut.
  3. Inference (membuat pernyataan), yaitu mengemukakan pendapat dengan alasan yang tepat.
  4. Situation (situasi), yaitu kebenaran dari  pernyataan tergantung situasi yang terjadi. Oleh karena itu, perlu mengetahui situasi/keadaan permasalahan.
  5. Clarity (kejelasan), yaitu memastikan kebenaran sebuah pernyataan dari situasi yang terjadi.
  6. Overview (tinjauan ulang), yaitu melihat kembali sebuah proses dalam memastikan sebuah kebenaran pernyataan dalam situasi yang ada sehingga bisa menentukan keterkaitan dengan situasi lainnya.
Dari hasil diskusi dengan para peserta diklat guru pemandu matematika SD di PPPG matematika Yogyakarta, dikemukakan bahwa pendekatan abstrak dengan metode ceramah dan pemberian tugas sanagatlah dominan dari setiap pembelajaran. Kemampuan bernalar tak terpisahkan dari kemampuan berpikir kritis. Dengan kata lain kemampuan berpikir kritis merupakan bagian dari penalaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Owens (Dzikra Fu'adiah , 2017) Kemampuan penalaran matematika siswa dalam pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran open-ended lebih baik dibandingkan siswa yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran secara konvensional.
   Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning, CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan mengambil, mensimulasikan, menceritakan , berdialog, bertanya jawab atau berdiskusi pada kejadian dunia nyata  sehari-hari yang dialami siswa, kemudian diangkat kedalam konsep yang akan dipelajari dan dibahas. 
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual merupakan salah satu pendekatan pembelajaran matematika, yang pertama-tama konstruktivisme baru dalam dikembangkan di negara Amerika, yaitu dengan dibentuknya Washington State Consortium for Contextual oleh Departemen Pendidikan Amerika Serikat. ada lima elemen yang harus diperhatikan
dalam praktek pembelajaran kontekstual, yaitu:
  1. Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge).
  2. Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge) dengan cara mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detailnya.

Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), yaitu dengan cara
Menyusun :
  1. Konsep sementara (hipotesis), melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan (validisasi) dan atas dasar tanggapan itu konsep tersebut direvisi dan dikembangkan.
  2. Mempraktekan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge).
  3. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut.

Salah satu kecakapan yang diharapkan dari Matematika adalah kemampuan penalaran oleh siswa. Untuk meningkatkan kemampuan penalaran, guru dapat menggunakan media pembelajaran, di antaranya CD interaktif.  Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pemanfaatan CD interaktif sebagai upaya meningkatkan kemampuan penalaran siswa pada pembelajaran Matematika. Menurut Sumarmo yang sependapat dengan (Ekayanti , Herkulanus Bahari Sindju dan Usman Radiana, n.d.) penggunaan CD interaktif dapat dimanfaatkan oleh siswa untuk meningkatkan aktivitas belajarnya. Dalam hal ini guru mata pelajaran Matematika berupaya untuk memberi kesempatan siswa untuk aktif dalam mencari, memproses dan mengelola perolehan belajarnya.
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis interaktif. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa pemanfaatan CD interaktif dapat meningkatkan kemampuan penalaran siswa,  Secara khusus disimpulkan bahwa: 
Pemberian kesempatan bertanya kepada siswa tentang materi yang ada dalam CD interaktif sebagai upaya meningkatkan kemampuan penalaran siswa pada pembelajaran Matematika , baik dalam hal membuat pertanyaan, mengajukan pertanyaan, maupun pemberian motivasi untuk bertanya termasuk tinggi, persentasenya 76,3%;
Pemberian kesempatan mengerjakan tugas kepada siswa tentang materi yang ada dalam CD interaktif sebagai upaya meningkatkan kemampuan penalaran siswa pada pembelajaran Matematika dalam menjawab soal yang diajukan, mengerjakan soal yang diberikan, mengerjakan pekerjaan rumah, termasuk tinggi persentasenya 89,8%; dan
Aktivitas siswa dalam proses belajar saat memanfaatkan CD interaktif sebagai upaya meningkatkan kemampuan penalaran siswa pada pembelajaran Matematika,baik keterlibatan secara langsung, melakukan percobaan, mencari informasi, dan menyimpulkan pembelajaran termasuk sangat baik, persentasenya 85%.
Pelaksanaan pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. 
Salah satu Kompetensi Dasar didalam mata pelajaran Matematika untuk tingkat Sekolah Dasar adalah agar siswa memiliki kemampuan menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi Matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan Matematika.  Adapun upaya yang dapat dilakukan guru dalam menyikapi masalah tersebut adalah melalui metode atau pendekatan pembelajaran yang tepat. Selain itu kemampuan guru dalam menguasi dan memanfaatkan CD interaktif sehingga pembelajaran akan lebih menarik, tidak monoton dan memotivasi siswa agar dapat menghargai Matematika dalam kehidupan.
Pemanfaatan CD Interaktif dalam proses pembelajaran Matematika ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang positif dalam meningkatkan kemampuan penalaran siswa.
Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini secara umum adalah
untuk mengetahui pemanfaatan CD interaktif sebagai upaya meningkatkan kemampuan penalaran siswa pada pembelajaran Matematika. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh kejelasan tentang: 
  1. Pemberian kesempatan bertanya kepada siswa tentang materi yang ada dalam CD interaktif sebagai upaya meningkatkan kemampuan penalaran siswa pada pembelajaran Matematika; 
  2. Pemberian kesempatan mengerjakan tugas tentang materi yang ada dalam CD interaktif sebagai upaya meningkatkan kemampuan penalaran siswa pada pembelajaran Matematika; dan 
  3. Aktivitas siswa dalam proses belajar pada saat memanfaatkan media CD interaktif sebagai upaya meningkatkan kemampuan penalaran siswa pada pembelajaran.

Matematika merupakan pengetahuan untuk mengembangkan cara berpikir. Di dalam berpikir seseorang menyusun hubungan- hubungan antara bagian-bagian informasi yang telah direkam dalam pikirannya sebagai pengertian-pengertian. Dari pengertian itu terbentuklah pendapat yang pada akhirnya dapat ditarik suatu kesimpulan. Artinya, pada proses belajar matematika terjadi proses berpikir. Berdasarkan salah satu alasan inilah belajar matematika sangat diperlukan, baik untuk keperluan hidup sehari-hari maupun untuk mengantisipasi kemajuan Ipteks.
Menurut Rotter 1966 yang sependapat dengan (Sahat Saragih, n.d.) Kemampuan untuk menghadapi permasalahan, baik dalam permasalahan matematika maupun permasalahan dalam kehidupan nyata merupakan daya matematis (mathematical power).  Untuk dapat menumbuh kembangkan daya matematis siswa dalam pelaksanaan pembelajaran, kegiatan pembelajaran harus membawa siswa kepada kemampuan menjawab permasalahan dengan berbagai cara serta dengan berbagai alternatif jawaban (yang benar). Dengan demikian, matematika akan menggugah kemampuan penalaran siswa dan mampu meningkatkan potensi intelektual serta pengalaman siswa dalam proses menemukan sesuatu yang baru. Keberhasilan siswa dalam belajar, matematika tidak terlepas dari pengaruh locus of control. 


DAFTAR PUSTAKA

Ennis. (1996). penalaran mendorong sikap kritis. Penerbitan Pusat Kurikulum Dan Perbukuan, Balitbang, KemFOdikbud.

Fu, D. (2017). Pengembangan Penalaran Kuantitatif di Sekolah Dasar untuk Mengembangkan Berpikir Aljabar di Sekolah Menengah Pertama. 1(1).

Kusmanto, H., Si, M., Matematika, T., Syekh, I., & Cirebon, N. (n.d.). No Title.

Penalaran, K., Pada, S., & Matematika, P. (n.d.). PEMANFAATAN CD INTERAKTIF SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA Ekayanti, Herkulanus Bahari Sindju, Usman Radiana Program Magister TEP, FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak. 1–14.

Siswa, P., & Dasar, S. (2008). Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Berpikir Kritis Pada Siswa Sekolah Dasar. Pythagoras - Jurnal Pendidikan Matematika, 4(2), 14–25. https://doi.org/10.21831/pg.v4i2.555

Universitas, F., Medan, N., Penelitian, A., Negeri, S. M. P., & Lhokseumawe, K. (n.d.). DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN EFFECT OF LEARNING APPROACH AND LOCUS OF CONTROL ON STUDENTS ’ REASONING ABILITY IN MATH. (1), 108–119.




Komentar